Seni Rupa Terapan : Pengertian Sejarah Fungsi dan Contoh

Seni Rupa Terapan : Pengertian Sejarah Fungsi dan Contoh - Seni Rupa Terapan  Secara bahasa, pengertian seni rupa terapan adalah suatu seni yang menghasilkan karya yang selain memiliki nilai estetika (keindahan), juga memiliki nilai praktis sehingga dapat digunakan dalam menunjang aktivitas kehidupan sehari-hari. Berdasarkan penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa seni rupa terapan bukan hanya mengutamakan sisi keindahannya saja, melainkan juga kegunaan dari karya yang dihasilkannya. Karya seni rupa terapan kadang kali disebut karya seni yang aplikatif. Artinya, karya tersebut dapat diterapkan atau diaplikasikan ke dalam bentuk-bentuk fungsional dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. Adapun beberapa wujud dari karya seni rupa terapan ini sebetulnya sudah sangat sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya antara lain perhiasan, perlengkapan makan, ibadah, pakaian, dan lain sebagainya.

Seni Rupa Terapan : Pengertian Sejarah Fungsi dan Contoh


Sejarah Seni Rupa Terapan

Sejarah Seni Rupa Terapan jika Dirunut ke masa lalu, seni rupa terapan sebetulnya sudah akrab dengan zaman nenek moyang bangsa Indonesia di masa silam. Sejarah membuktikan, pada zaman prasejarah orang-orang di masa lalu telah menggunakan berbagai pernik perlengkapan yang bernilai seni tinggi dalam kehidupannya sehari-hari. Beberapa di antaranya antara lain kapak batu, tulang untuk berburu, dolmen, nekara, moko, bejana dan lain sebagainya. Seiring laju perputaran roda waktu, seni rupa terapan secara turun temurun diwariskan ke masyarakat kita di masa sekarang. Dalam berbagai aspek kesenian seperti seni dekorasi, seni arsitektur, seni ilustrasi, dan seni grafis, seni terapan telah melebur menjadi satu.


Macam - Macam Seni Rupa Terapan 

Karya seni rupa terapan dibagi menjadi beberapa macam dan semuanya mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia. Langsung saja kita lihat macam-macam seni rupa terapan nusantara yang ada di sekitar kita berikut ini:

1. Seni Rupa Arsistektur

Seni rupa bangunan atau arsitektur adalah salah satu macam seni rupa terapan yang berbentuk bangunan. Contohnya seperti tempat tinggal, kantor, tempat ibadah dan bangunan lainnya.

2. Seni Rupa Ilustrasi

Seni rupa ilustrasi adalah karya seni berbentuk gambar atau foto. Manfaatnya untuk menjelaskan suatu naskah. Seni rupa ilustrasi ini sering dipakai dalam buku pelajaran di sekolah dasar.

Dengan adanya foto atau gambar ilustrasi, akan memudahkan pembaca memahami isi dari sebuah cerita atau artikel.

3. Seni Rupa Kriya

Seni rupa kriya yang sering disebut juga ketrampilan tangan, mempunyai kegunaan untuk mengolah bahan baku yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar kita. Biasanya bahan baku tersebut diolah menjadi benda yang mempunyai nilai estetis dan bernilai pakai.

4. Seni Rupa Grafis

Seni rupa grafis termasuk kedalam seni rupa yang proses pembuatannya menggunakan teknik cetak, biasanya memakai kertas. seni ruap terapan ini mempunyai kegunaan sebagai alat komunikasi.

5. Seni Rupa Dekorasi

Dan macam seni rupa terapan yang terakhir adalah dekorasi. Seni rupa dekorasi memiliki fungsi untuk menghias sebuah ruangan menjadi lebih indah.

Karya seni dekorasi ini biasanya kita temui ketika sedang ada acara pernikahan, pertunjukan, pameran dan acara lainnya.

Seni Rupa Terapan : Pengertian Sejarah Fungsi dan Contoh


Jenis Seni Rupa Terapan

Untuk lebih memudahkan dalam memahami karya seni rupa terapan, kita dapat membagi menjadi beberapa kategori seperti kategori karya seni rupa terapan berdasarkan fungsi, wujud dan bentuknya.

1. Seni Rupa Terapan Berdasarkan Fungsi

Karya seni rupa terapan mempunyai kegunaannya masing-masing. Bila dikategorikan menurut fungsinya, seni rupa terapan mempunyai dua fungsi sebagai berikut:

Seni Rupa Terapan Fungsi Praktis (Kegunaan)

Karya seni rupa terapan yang memiliki fungsi seperti benda yang kita pakai untuk menunjang kehidupan kita sehari-hari.
Contohnya seperti meja, kursi, lemari, perabotan rumah tangga dan benda yang kita pakai lainnya.

Seni Rupa Terapan Fungsi Estetis (Keindahan)

Karya seni rupa terapan juga memiliki fungsi untuk hiasan karena memiliki nilai estetis.
Contohnya seperti benda kerajinan, hiasan dinding, batik dan karya yang dipakai sebagai hiasan lainnya.

2. Seni Rupa Terapan Berdasarkan Wujud

Karya seni rupa terapan bisa digolongkan menjadi dua jenis berdasarkan wujud fisiknya.

Karya Seni Rupa Terapan 2 Dimensi (Dwimatra)
  • Karya seni rupa terapan 2 dimensi merupakan sebuah seni rupa terapan yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Karya seni 2 dimensi hanya bisa dilihat dari satu arah saja.
  • Contoh karya seni terapan 2 dimensi yaitu wayang kulit, tenun, batik dan karya seni dua dimensi lainnya.

Karya Seni Rupa Terapan 3 Dimensi (Trimatra)

  • Karya seni rupa terapan 3 dimensi merupakan sebuah seni rupa terapan yang mempunyai ruang. Karya seni 3 dimensi bisa dilihat dari berbagai arah.
  • Contoh karya seni terapan 3 dimensi yaitu rumah adat, senjata tradisional dan karya 3 dimensi lainnya.


3. Seni Rupa Terapan Berdasarkan Bentuk

Karya seni rupa terapan yang dibagi berdasarkan bentuknya, di Indonesia sendiri mempunyai banyak ragam.

Bila dibagi berdasarkan bentuknya, karya seni rupa terapan bisa didibedakan menjadi empat kategori, yaitu rumah adat, senjata tradisional, seni kriya dan transportasi tradisional.

Contoh Karya Seni Rupa Terapan 


Seni rupa terapan nusantara adalah seni rupa terapan yang lahir dari kebudayaan masyarakat nusantara dari masa ke masa. Menyadari bahwa luas negara kita yang begitu besar, maka seni rupa terapan yang dimiki oleh banga ini pun menjadi sangat beragam jenis dan macamnya. Namun, secara umum semuanya terangkum dalam 5 contoh berikut ini. 

1. Rumah Adat 

Contoh seni rupa terapan nusantara yang pertama adalah rumah adat. Rumah adat ialah rumah yang arsitekturnya dimiliki dan lahir dari kebudayaan masyarakat adat atau suku-suku yang tersebar di nusantara. Sedikitnya, Indonesia memiliki 35 rumah adat dari masing-masing provinsi yang dimilikinya. Misalnya rumah adat Krong Bade yang berasal dari Aceh, rumah adat Limas dari Sumatera Selatan, rumah Joglo dari DI Jogjakarta, rumah Lamin dari Kalimantan Timur, dan lain sebagainya. Untuk mengetahui daftar rumah adat di Indonesia, Anda dapat berkunjung ke artikel ini. 

2. Alat Transportasi Tradisional 

Alat transportasi tradisional juga merupakan salah satu contoh karya seni rupa terapan nusantara. Selain memiliki nilai estetis, alat transportasi tradisional seperti becak, perahu, delman, dan pedati juga memiliki nilai praktis sebagai sarana mobilitas masyarakat. Perkembangan alat transportasi tradisional secara perlahan telah mengalami pergeseran. Penggunaannya kini terbatas sebagai sarana wisata di tengah semakin maju dan beragamnya moda transportasi modern. 


3. Senjata Tradisional 

Senjata tradisional yang pada masa silam berfungsi sebagai sarana untuk berburu, berperang, bekerja, dan sebagai benda pusaka, juga dianggap sebagai salah satu contoh seni rupa terapan nusantara karena keunikan dan nilai estetis yang milikinya. Beberapa senjata tradisional tersebut antara lain celurit dari Madura, keris dan Jawa Tengah, mandau dari Kalimantan, kujang dari Jawa Barat, dan lain sebagainya. 

4. Pakaian Adat Suku-suku di Indonesia 

memiliki ciri khas pakaian adatnya masing-masing. Pakaian adat ini sebetulnya juga merupakan contoh seni rupa terapan nusantara mengingat bahwa mereka selain memiliki nilai praktis sebagai pemenuhan kebutuhan sandang, juga memiliki nilai estetis dari keindahan yang dimilikinya. Fungsi seni rupa terapan dari pakaian adat dapat dirasakan bagi para penggunanya. Tenun adalah salah satu teknik pembuatan kain yang merupakan warisan dari nenek moyang Bangsa Indonesia di masa silam. Ada beragam teknik tenun yang bisa digunakan, antara lain tentun sulam, tenun tapis, tenun mesin dan lain sebagainya. Batik adalah kain yang dihias sedemikian rupa menggunakan gambar-gambar tertentu  melalui proses printing atau canting. Batik ada beragam jenisnya, yang paling terkenal misalnya batik pekalongan dan batik solo. 

5. Seni Kriya 


Beberapa karya dari seni kriya juga merupakan contoh dari seni rupa terapan nusantara. Seni kriya sendiri adalah seni kerajinan tangan yang menghasilkan barang jadi siap pakai. Bebapa diantaranya antara lain anyaman bambu yang digunakan sebagai dinding rumah, gerabah sebagai perabotan rumah tangga, sepatu dari seni kriya kulit, dan lain sebagainya.

Demikianlah uraian lengkap mengenai Seni Rupa Terapan : Pengertian Sejarah Fungsi dan Contoh . Kunjungi informasi menarik lainya seperti Teater : Definisi Sejarah Serta Tahapan Dasar . Terimakasih

Teater : Definisi Sejarah Serta Tahapan Dasar

 Teater : Definisi Sejarah Serta Tahapan Dasar - Seni Teater berasal dari kata Yunani, “theatron” (bahasa Inggris, Seeing Place) yang artinya tempat atau gedung pertunjukan. Dalam perkembangannya, dalam pengertian lebih luas kata teater diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukkan di depan orang banyak. 

Dengan demikian, dalam rumusan sederhana teater adalah pertunjukan, misalnya ketoprak, ludruk, wayang, wayang wong, sintren, janger, mamanda, dagelan, sulap, akrobat, dan lain sebagainya. Teater dapat dikatakan sebagai manifestasi dari aktivitas naluriah, seperti misalnya, anak-anak bermain sebagai ayah dan ibu, bermain perang-perangan, dan lain sebagainya. 

Selain itu, teater merupakan manifestasi pembentukan strata sosial kemanusiaan yang berhubungan dengan masalah ritual. Misalnya, upacara adat maupun upacara kenegaraan, keduanya memiliki unsur-unsur teatrikal dan bermakna filosofis. Berdasarkan paparan di atas, kemungkinan perluasan definisi teater itu bisa terjadi. Tetapi batasan tentang teater dapat dilihat dari sudut pandang sebagai berikut: “tidak ada teater tanpa aktor, baik berwujud riil manusia maupun boneka, terungkap di layar maupun pertunjukan langsung yang dihadiri penonton, serta laku di dalamnya merupakan realitas fiktif”, (Harymawan, 1993). Dengan demikian teater adalah pertunjukan lakon yang dimainkan di atas pentas dan disaksikan oleh penonton.

Namun, teater selalu dikaitkan dengan kata drama yang berasal dari kata Yunani Kuno “draomai” yang berarti bertindak atau berbuat dan “drame” yang berasal dari kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat berarti lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika. Kata “drama” juga dianggap telah ada sejak era Mesir Kuno (4000-1580 SM), sebelum era Yunani Kuno (800-277 SM). Hubungan kata “teater” dan “drama” bersandingan sedemikian erat seiring dengan perlakuan terhadap teater yang mempergunakan drama lebih identik sebagai teks atau naskah atau lakon atau karya sastra (Bakdi Soemanto, 2001).

Teater : Definisi Sejarah Serta Tahapan Dasar


Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa istilah “teater” berkaitan langsung dengan pertunjukan, sedangkan “drama” berkaitan dengan lakon atau naskah cerita yang akan dipentaskan. Jadi, teater adalah visualisasi dari drama atau drama yang dipentaskan di atas panggung dan disaksikan oleh penonton. Jika “drama” adalah lakon dan “teater” adalah pertunjukan maka “drama” merupakan bagian atau salah satu unsur dari “teater”. Jika digambarkan maka peta kedudukan teater dan drama adalah sebagai berikut. Dengan kata lain, secara khusus teater mengacu kepada aktivitas melakukan kegiatan dalam seni pertunjukan (to act) sehingga tindak- tanduk pemain di atas pentas disebut acting. Istilah acting diambil dari kata Yunani “dran” yang berarti, berbuat, berlaku, atau beraksi. Karena aktivitas beraksi ini maka para pemain pria dalam teater disebut actor dan pemain wanita disebut actress (Harymawan, 1993). Meskipun istilah teater sekarang lebih umum digunakan tetapi sebelum itu istilah drama lebih populer sehingga pertunjukan teater di atas panggung disebut sebagai pentas drama. Hal ini menandakan digunakannya naskah lakon yang biasa disebut sebagai karya sastradrama dalam pertujukan teater. 

Di Indonesia, pada tahun 1920-an, belum muncul istilah teater. Yang ada adalah sandiwara atau tonil (dari bahasa Belanda: Het Toneel). Istilah Sandiwara konon dikemukakan oleh Sri Paduka Mangkunegoro VII dari Surakarta. Kata sandiwara berasal dari bahasa Jawa “sandi” berarti “rahasia”, dan “wara” atau “warah” yang berarti, “pengajaran”. Menurut Ki Hajar Dewantara “sandiwara” berarti “pengajaran yang dilakukan dengan perlambang” (Harymawan, 1993).

Rombongan teater pada masa itu menggunakan nama Sandiwara, sedangkan cerita yang disajikan dinamakan drama. Sampai pada Zaman Jepang dan permulaan Zaman Kemerdekaan, istilah sandiwara masih sangat populer. Istilah teater bagi masyarakat Indonesia baru dikenal setelah Zaman Kemerdekaan (Kasim Achmad, 2006).

Keterikatan antara teater dan drama sangat kuat. Teater tidak mungkin dipentaskan tanpa lakon (drama). Oleh karena itu pula dramaturgi menjadi bagian penting dari seni teater. Dramaturgi berasal dari bahasa Inggris dramaturgy yang berarti seni atau tekhnik penulisan drama dan penyajiannya dalam bentuk teater. Berdasar pengertian ini, maka dramaturgi membahas proses penciptaan teater mulai dari penulisan naskah hingga pementasannya. Harymawan (1993) menyebutkan tahapan dasar untuk mempelajari dramaturgi yang disebut dengan formula dramaturgi. Formula ini disebut dengan fromula 4 M yang terdiri dari, menghayalkan, menuliskan, memainkan, dan menyaksikan.


  • M1 atau menghayal, dapat dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang karena menemukan sesuatu gagasan yang merangsang daya cipta. Gagasan itu timbul karena perhatian ditujukan pada suatu persitiwa baik yang disaksikan, didengar maupun dibaca dari literatur tertentu. Bisa juga gagasan itu timbul karena perhatian ditujukan pada kehidupan seseorang. Gagasan atau daya cipta tersebut kemudian diwujudkan ke dalam besaran cerita yang pada akhirnya berkembang menjadi sebuah lakon untuk dipentaskan.

  • M2 atau menulis, adalah proses seleksi atau pemilihan situasi yang harus dihidupkan begi keseluruhan lakon oleh pengarang. Dalam sebuah lakon, situasi merupakan kunci aksi. Setelah menemukan kunci aksi ini, pengarang mulai mengatur dan menyusun kembali situasi dan peristiwa menjadi pola lakon tertentu. Di sini seorang pengarang memiliki kisah untuk diceritakan, kesan untuk digambarkan, suasana hati para tokoh untuk diciptakan, dan semua unsur pembentuk lakon untuk dikomunikasikan.

  • M3 atau memainkan, merupakan proses para aktor memainkan kisah lakon di atas pentas. Tugas aktor dalam hal ini adalah mengkomunikasikan ide serta gagasan pengarang secara hidup kepada penonton. Proses ini melibatkan banyak orang yaitu, sutradara sebagai penafsir pertama ide dan gagasan pengarang, aktor sebagai komunitakor, penata artsitik sebagai orang yang mewujudkan ide dan gagasan secara visual serta penonton sebagai komunikan.

  • M4 atau menyaksikan, merupakan proses penerimaan dan penyerapan informasi atau pesan yang disajikan oleh para pemain di atas pentas oleh para penonton. Pementasan teater dapat dikatakan berhasil jika pesan yang hendak disampaikan dapat diterima dengan baik oleh penonton. Penonton pergi menyaksikan pertunjukan dengan maksud pertama untuk memperoleh kepuasan atas kebutuhan dan keinginannyaterhadap tontonan tersebut.

  • Formula dramaturgi seperti disebutkan di atas merupakan tahap mendasar yang harus dipahami dan dilakukan oleh para pelaku teater. Jika salah satu tahap dan unsur yang ada dalam setiap tahapan diabaikan, maka pertunjukan yang digelar bisa dipastikan kurang sempurna. Oleh karena itu, pemahaman dasar formula dramaturgi dapat dijadikan acuan proses penciptaan karya seni teater. 
Demikianlah informasi lengkap mengenai Teater : Definisi Sejarah Serta Tahapan Dasar . Kunjungi informasi menarik lainya seperti Mengenal Macam Teknik Olah tubuh, Olah Suara, Olah Rasa Dalam Berteater . Terimkasih

Mengenal Macam Teknik Olah tubuh, Olah Suara, Olah Rasa Dalam Berteater

Mengenal Macam Teknik Olah tubuh, Olah Suara, Olah Rasa Dalam Berteater - Seni Peran adalah salah satu cabang ilmu seni yang khususnya mempelajari teknik menciptakan dan memainkan peran (Berakting) sebagai tokoh tertentu baik di atas pentas (Panggung) maupun dalam sebuah fillm, Pelaku seni Peran di sebut Aktor. Berikut informasi selengkapnya menegnai Mengenal Macam Teknik Olah tubuh, Olah Suara, Olah Rasa Dalam Berteater

Mengenal Macam Teknik Olah tubuh, Olah Suara, Olah Rasa Dalam Berteater


Terdapat Beberapa langkah – langkah yang harus  diperhatikan dalam Berteater atau pada Seni Peran. Yaitu :

1.    Melatih kelenturan otot – otot anggota tubuh
2.    Melatih pernapasan.
3.    Melatih penciptaan.
4.    Melatih pemahaman.
5.    Menambah pengetahuan Dalam Berakting
6.    Mempersiapkan diri menuju Pentas.

1.    Melatih kelenturan otot – otot anggota tubuh.

    a.    Leher mata (Ekspresi) mulut.
    b.    Tangan (Jari – jari pergelangan, lengan dan Bahu)
    c.    Kaki (Pergelangan lutut, tungakai, Langkah)

2.    Melatih Pernapasan.

    a.    Bernafas Dengan Benar dan terkontrol adalah pemupukan energy kreatif.
    b.    Membaca (Kejelasan kata, suku kata, dan Huruf mati)

3.    Melatih Penciptaan.

    a.    Mengeja Huruf hudup A-I-U-E-O
    b.    Melatih suara yaitu dilakukan untuk melatih alat ucap (eja,baca,paham,Arah,rasa dan cipta)
    c.    Mengasah daya penyampaian (Artikulasi)
    d.    Memahami pengertian Suratan dan Siratan.
    e.    Melatih Pemahaman.

Mengenal Macam Teknik Olah tubuh, Olah Suara, Olah Rasa Dalam Berteater


4.    Melatih pemahaman.

    a.    Mengetahui, mempelajari dan memahami Sejarah teater dan sejarah budaya (dunia dan   indonesia)
    b.    Menyerap pengetahuan umum.
    c.    Mengasah Kemampuan Menganalisis, (Menyimpulkan)

5.    Mempersiapkan diri Menuju pentas.



    a.    Konsentrasi dan focus
    b.    Observasi dan Penyerapan (Lingkungan, suasana, waktu)
    c.    Imajinasi (Lingkungan, benda, suasana waktu, pristiwa Kenangan)
    d.    Penghayatan (Pemahaman, berkisah dengan cara Bercanda)
    e.    Pembangunan Karakter Peran (Analisis, Pengadeganan, Jalinan Latar Belakang Motivasi) 

Demikianlah informasi lengkap menegnai Macam Teknik Olah tubuh, Olah Suara, Olah Rasa Dalam Berteater . Kunjungi juga informasi menarik lainya seperti Daftar Tarian Seluruh Indonesia, Tarian Daerah Seluruh Indonesia . Terimaksih

Gamelan Banjar : Pengertian Sejarah Dan Fungsinya

 Gamelan Banjar : Pengertian Sejarah Dan Fungsinya -  Indonesia merupakan negara yang memliliki banyak sekali seni dan budaya. Baik dari keragaman bahasa maupun seni bermusik ang sanagt banyak ragamnya . Salah satuny adalah kesenian dari Pulau Kalimantan  Khususnya Kalimantan Selatan yang merupakan tempat aseli suku Banjar . 

Jika kita berbicara mengaenai alat musik yang berasal dari suku Banjar , kita tidak bisa melewatkan alat musik yang satu ini , yaitu Gamelan Banjar. Untu lebih jelasnya berikut penjlasan selengkapnya mengenai Gamelan Banjar : Pengertian Sejarah Dan Fungsinya .

Gamelan Banjar : Pengertian Sejarah Dan Fungsinya


 Sejarah Gamelan Banjar

Gamelan Banjar keberadaannya sudah ada sejak zaman Kerajaan Negara Dipa pada abad ke-14 yang dibawa oleh Pangeran Suryanta ke Kalimantan Selatan bersamaan dengan kesenian Wayang Kulit Banjar dan senjata keris sebagai hadiah Kerajaan Majapahit. Pada masa itu masyarakat Kalimantan Selatan dianjurkan untuk meniru budaya Jawa.

Pasca runtuhnya Kerajaan Negara Daha (1526), ada beberapa pemuka adat yang mengajarkan seni gamelan dan seni lainnya kepada masyarakat yaitu :

  • Datu Taruna sebagai penabuh gamelan
  • Datu Taya sebagai dalang wayang kulit
  • Datu Putih sebagai penari topeng


Masa Pangeran Hidayatulla, penabuh-penabuh gamelan disuruh belajar menabuh gamelan di keraton Solo. Hal tersebut yang menyebabkan adanya persamaan pada Gamelan Banjar dengan Gamelan Jawa baik dari segi instrumen maupun teknik permainannya.
                                            
Pengertian Gamelan Banjar

Gamelan Banjar merupakan perangkat gamelan yang berkembang di kalangan Suku Banjar di Kalimantan Selatan. Perangkat gamelan ini mempunyai suara yang khas, tidak menyerupai gamelan Jawa, Sunda, maupun Bali. Yang paling mendekati adalah Angklung Caruk Banyuwangi. Hastanto mengatakan bahwa sistem pelarasan nadanya adalah pentatonis yang mendekati slendro Bali (salonding). Akan tetapi dalam karawitan Bali, perangkat gamelan Salonding dikenal sebagai suatu perangkat gamelan yang memiliki pelarasan pelog tujuh nada dengan mempergunakan sistem saih (mempunyai kemiripan dengan sistem pathet). Mungkin akan lebih tepat jika Gamelan Banjar dikatakan mempunyai kemiripan mood atau suasana dengan gamelan Salonding.

gamelan banjar


Perangkat Gamelan Banjar

Dalam perkembangannya, terdapat dua versi Gamelan Banjar yaitu, versi keraton dan versi rakyatan.

1. Gamelan Banjar versi keraton, perangkat instrumennya :

  • Babun
  • gendang dua
  • rebab
  • gambang
  • selentem
  • ketuk
  • dawu
  • sarun 1
  • sarun 2
  • sarun 3
  • seruling
  • kanung
  • kangsi
  • gong besar
  • gong kecil

2.Sedangkan Gamelan Banjar versi rakyatan, perangkat instrumennya :

  • Babun
  • Dawu
  • Sarun
  • Sarantam
  • Kanung
  • Kangsi
  • gong besar
  • gong kecil

Berdasarkan pemaparan instrumen pada kedua versi Gamelan Banjar tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Gamelan Banjar versi keraton memiliki instrumen yang lebih banyak daripada Gamelan Banjar versi rakyatan. Ada delapan instrumen yang sama, dan pada versi keraton memiliki lima instrumen yang tidak dimiliki versi rakyatan yaitu pada instrumen gendang dua, rebab, gambang, ketuk, dan seruling.
gamelan banjar kalimantan selatan

Fungsi Gamelan Banjar

Dalam perkembangannya, Gamelan Banjar dapat berfungsi sebagai sebuah perangkat gamelan yang berdiri sendiri (instrumentalia seperti yang dikatakan Hastanto) dan dapat juga berfungsi sebagai perangkat gamelan untuk mengiringi jenis kesenian pertunjukan lainnya. Jenis kesenian yang diiringi dengan Gamelan Banjar diantaranya adalah seni tari, kuda gipang, topeng Banjar, dan wayang Banjar baik itu wayang kulit maupun wayang gung (wayang orang).

Pementasan seni pertunjukan yang diiringi oleh Gamelan Banjar kerap dipergunakan pada acara-acara seremonial dan sakral. Hal tersebut biasanya dapat dilihat pada jenis sesajen yang dipergunakan. Selain itu, dapat juga bersifat profan yang dipertunjukan untuk hajatan pada perkawinan maupun sebagai sebuah tontonan hiburan.

Demikianlah informasi lengkap mengenai Gamelan Banjar : Pengertian Sejarah Dan Fungsinya . Kunjungi juga informasi menarik lainya seperti Pengertian Dan Filosofi Seni Budaya Indonesia . Terimakasih