Macam Jenis Tari Berdasarkan Perkembangan

Wadah Informasi Seni Budaya - Macam Jenis Tari Berdasarkan Perkembangan - Indonesia sangat kaya dengan budaya yang beranekaragam. Salah satunya adalah seni tari ,Perkembangan tari secara umum dapat diamati berdasarkan bentuknya antara lain tari daerah, tari rakyat, tari balet, tari modern dance, tari musik pangggung / opera, tari rekreasi.
Macam Jenis Tari Berdasarkan Perkembangan



1. Tari Daerah (adat)

  • tari dengan adat sepertinya saling berkaitan baik sebagai pelengkap maupun perantara untuk mencapai tujuan.ciri – cirri tarinya antara lain 
  • tarinya tumbuh dan berkembang pada kelompok suku baik yang berada di pedalaman maupun lingkungan masyarakat ramai
  • konsep koreografinya memegang ketat pada tradisi – masyarakat atau adat secara ketat sehingga sangat menjunjung tradisi nenk moyangyang mewariskannya
  • akulturasi dengan alam lingkungan menjadi sarana mediasi. Tarian ini dikoreografi berhubunngan dengan masalah – masalah religi dan kebiasaan – kebiasaan social yang dianut dan diyakini sehingga implementasi upacaranya dilaksanakan sesuai tradisi yang turun temurun.
  • Tarian ini lebih menekankan pada ritual upacara sehingga memiliki perbedaan dengan tari rakyat.

2. Tari Rakyat

ciri – cirinya 
  •  tumbuh dan berkembang di kalangan rakyat atau tarian yang berorientasi pada koreografi yang berkembang di masyarakat
  •  gerak tidak memiliki aturan tertentu, 
  •  ceritanya menggambarkan kehidupan sehari – hari masyarakat setempat,
  •  bentuknya sederhana, 
  •  berpola pada tradisi yang sudah lama diakui sebagai bagian kehidupan masyarakat sekitar menjadi milik masyarakat sebagai warisan budaya yang sudah ada

3. tari balet

ciri – ciri tari balet 
  • balet merupakan suatu tarian yang mempunyai disiplin tinggi dan aturan – aturan ketat serta didasari tradisi – tradisi tua
  • tari – tari yang ada pada saat itu berorientasi pada pertunjukkan – pertunjukkan klasik, pendekatan koreografis bertemakan kontemporer.
  • Tari balet termasuk ke dalam tari klasik oleh karena itu tarian ini memiliki aturan tehnik gerak yang baku dengan standar tari yang tinggi 

4. tari modern dance

ciri – ciri tari modern dance
  •  modern dance mempunyai bentuk mengekspresikan artistic yang bersifat individual
  •  awal tari modern karena adanya penolakan terhadap bentuk yang formal seperti pada tari balet
  •  lebih menekankan pada ekspresi artistic dari pertunjukannya atau penampilan individual dengan tehnik dan gaya tari dari koreografer yang sifatnya kontemporer
  •  selain itu menghindari penekanan tehnik

5. tari musik pangggung / opera
  • tari ini merupakan perpaduan antara gerak tari, dramatikal dan musik iringan. Koreografi bersifat kolabarasi dengan demikian ketiga unsure seni yang mendukung tidak menjadikan dominant pada salah satunya.
  • Dipertunjukkan di tempat yang banyak pengunjung . tempat tersebut disebut dengan tempat berkumpulnya massa (broad way)
  • Kolaborasi gerak mengandung balet, jazz, dan beberapa tarian etnikyang berasal dari eropa, tarian di Indonesia biasanya yang digunakan untuk mengamen
  • Model penyajian berbentuk yang hangat dan baru (spektakuler) yang di pertunjukkan besar – besaran sebagai promosi

 Contoh di Indonesia karya tari guruh soekarno putra (untuk mama)

6. tari rekreasi (recreational dance)
  • tarin ini merupakan pertunjukan individual dari tari rakyat tradisi Negara Negara eropa maupun Indonesia.
  •  Penarinya pewaris tehnik
  •  Bentuknya mempunyai kesamaan dengan tari tradisional Indonesia
  •  Tarian ini biasanya merupakan satu bagian yang sifatnya universal ( bias dilakukan oleh siapa saja)
  •  Di mancanegaratarian ini dipentaskan oleh ribuan orang yang disebut ROUND
  •  Saat ini menjadi tarian yang kompleks karena adanya perubahan koreografis
  •  Tarian ini tumbuh dan berkembang di masyarakat urban atau pendatang.

Demikianlah informasi mengenai Macam Jenis Tari Berdasarkan Perkembangan . Kunjungi juga informasi menarik lainya seperti Seni Kriya : Pengertian Fungsi Serta Jenisnya . Terimakasih

Seni Kriya : Pengertian Fungsi Serta Jenisnya

Seni Kriya : Pengertian Fungsi Serta Jenisnya - Pengertian dari Seni kriya ialah karya seni yang dibuat dengan keterampilan tangan (hand skill) dengan memperhatikan aspek fungsional & nilai seni sehingga Seni kriya termasuk dari karya senirupa terapan nusantara. Penciptaan karya seni kriya tidak hanya didasarkan pada aspek fungsionalnya (kebutuhan fisik) saja, tetapi juga untuk pemenuhan kebutuhan terhadap keindahan (kebutuhan emosional). 

Dalam perkembangannya, karya seni kriya selalu identik dengan seni kerajinan. Hal ini disebabkan pembuatan karya seni kriya yang tidak lepas dari pengerjaan tangan (hand made) & memiliki aspek fungsional. Berikut informasi selengkapnya mengenai Seni Kriya : Pengertian Fungsi Serta Jenisnya







Tradisi membuat benda-benda seni kriya telah ada sejak zaman prasejarah. Dari temuan-temuan benda prasejarah diketahui bahwa manusia mulai menetap pada zaman Batu Muda (Neolitikum). Mereka telah mulai membuat benda fungsional untuk menunjang aktivitas mereka sehari-hari. Salah satunya ialah tembikar yang terbuat dari tanah lempung yang berfungsi sebagai wadah. Tembikar pada zaman ini telah memiliki hiasan berupa simbol-simbol / lambang-lambang kehidupan spiritual yang dipercaya oleh masyarakat.

Dalam perkembangan selanjutnya, seni kriya mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini tidak hanya pada aspek fungsi semata tetapi berimbas pada peningkatan kualitas bentuk & bahan serta corak hiasannya. Pada awalnya benda-benda tersesebut memiliki bentuk yang sederhana berkembang menjadi bentuk-bentuk yang beraneka ragam & rumit. Demikian juga dengan hiasan yang semakin banyak, detail, & bervariasi.

Pengertian Seni Kriya

Istilah "seni kriya‟ berasal dari akar kata "krya‟ (bahasa Sanskrta) yang berarti "mengerjakan‟; dari akar kata tersebut kemudian menjadi kata : karya, kriya, kerja. Dalam arti khusus ialah mengerjakan sesuatu untuk menghasilkan benda / obyek. Dalam pengertian berikutnya semua hasil pekerjaan termasuk berbagai ragam keteknikannya disebut "seni kriya‟.(Timbul Haryono,2002).
Kata "kriya‟ dalam bahasa Indonesia berarti pekerjaan (kerajinan tangan). Di dalam bahasa Inggris disebut craft yang mengandung arti: energi / kekuatan, arti lain suatu ketrampilan mengerjakan / membuat sesuatu. Istilah itu diartikan sebagai ketrampilan yang dikaitkan dengan profesi seperti yang terlihat dalam craftsworker (pengrajin).

Pada kenyataannya seni kriya sering dimaksudkan sebagai karya yang dihasilkan karena skill / ketrampilan seseorang; sebagaimana diketahui bahwa semua kerja & ekspresi seni membutuhkan ketrampilan. Dalam persepsi kesenian yang berakar pada tradisi Jawa, dikenal sebutan kagunan. Di dalam Kamus Bausastra Jawa, kagunan ialah Kapinteran/ Yeyasan ingkang adipeni/Wudharing pambudi nganakake kaendahan-gegambaran, kidung ngukir-ukir.
Penjelasan itu menunjukan posisi & pentingnya ketrampilan dalam membuat (mengubah) benda sehari-hari, di samping pengetahuan & kepekaan (akan keindahan). Oleh sebab itu, sebuah karya (seni) dalam proses penggarapannya tidak berdasarkan pada kepekaan & ketrampilan yang baik (mumpuni), maka tidak akan ada kesempatan bagi kita untuk mnikmati karya tersebut sebagai karya seni ( I Made Bandem, 2002 ).

Fungsi Seni Kriya

Fungsi seni kriya sebagai salah satu karya seni rupa secara garis besar terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai berikut.
1. Hiasan (dekorasi)

Banyak produk seni kriya yang berfungsi sebagai benda pajangan. Seni kriya jenis ini lebih menonjolkan segi rupa daripada segi fungsinya sehingga bentuk-bentuknya mengalami pengembangan. Misalnya, karya seni ukir, hiasan dinding, cinderamata, patung, & lain-lain.

2. Benda terapan (siap pakai)

Seni kriya yang sebenarnya ialah seni kriya yang tetap mengutamakan fungsinya. Seni kriya jenis ini mempunyai fungsi sebagai benda yang siap pakai, bersifat nyaman, namun tidak kehilangan unsur keindahannya. Misalnya, senjata, keramik, furnitur, & lain-lain.

3. Benda mainan

Di lingkungan sekitar sering kita jumpai produk seni kriya yang fungsinya sebagai alat permainan. Jenis produk seni kriya seperti ini biasanya berbentuk sederhana, bahan yang digunakan relatif mudah didapat & dikerjakan, & harganya juga relatif murah. Misalnya, boneka, dakon, & kipas kertas.

Bentuk karya seni kriya Nusantara amat beragam. Beragam pula bahan alam yang digunakan. Dari sejumlah seni kriya Nusantara, ada yang tetap mempertahankan ragam hias tradisional & ada pula yang telah dikembangkan sesuai dengan tuntutan pasar.

Jenis-jenis seni kriya menurut bahan yang digunakan dapat kita bagi sebagai berikut :

a. Kriya Kayu

Kriya kayu ialah suatu bi&g kriya yang pekerjaannya membuat benda yang mempunyai nilai fungsional maupun hias dengan menggunakan bahan kayu. Dalam kriya kayu, terdapat pekerjaan tingkat dasar yang merupakan tingkat permulaan. Kayu banyak sekali menghasilkan berbagai benda kerajinan, seperti topeng, wayang golek, furnitur, patung & hiasan ukir-ukiran.

b. Seni kriya tekstil

Istilah tekstil dewasa ini sangat luas & mencakup berbagai jenis kain yang dibuat dengan cara ditenun, diikat, dipres & berbagai cara lain yang dikenal dalam pembuatan kain. Kain umumnya dibuat dari serat yang dipilin / dipintal guna menghasilkan benang panjang untuk ditenun / dirajut sehingga menghasilkan kain sebagai barang jadi. Ketebalan / jumlah serat, kadar pilihan, tekstur kain, variasi dalam tenunan & rajutan, merupakan faktor yang mempangaruhi terciptanya aneka kain yang tak terhitung macamnya.

Keragaman karya seni tekstil bisa dilihat dari jenis, teknik, ragam hias, & bahan yang digunakan. Jenis kriya tekstil di Nusantara bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu karya batik & karya tenun

Kriya tekstil

c. Kriya keramik

Bahan dasar keramik ialah tanah liat. Benda keramik dibentuk dengan berbagai teknik, antara lain teknik cetak, lempeng, pijit, & pilin. Setelah dibentuk, kemudian diberi hiasan. Jika sudah melalui proses pengeringan, dibakar dengan suhu tertentu.

Keramik diproduksi untuk benda-benda hias / benda pakai dengan keragaman variasi bentuk, misalnya guci, pot bunga, vas bunga, & sebagainya. Daerah-daerah penghasil keramik tersebar luas di Nusantara, antara lain di Yogyakarta, Malang, Cirebon, & Purwokerto.

d. Kriya logam

Kriya logam ialah kriya yang mengolah logam menjadi berbagai macam benda kerajinan. Mengolah logam biasanya dengan cara mengecor logam panas dengan cetakan. Cetakan ini bisa terbuat dari tanah liat, gips, pasir, / logam juga.
Kriya logam menggunakan bahan jenis logam, seperti emas, perak, perunggu, besi, tembaga, aluminium, & kuningan. Produk yang dihasilkan, misalnya perhiasan emas & perak, patung perunggu, senjata tajam, peralatan rumah tangga, & alat musik gamelan. Sekarang kriya logam dibuat dengan berbagai variasi bentuk.

Teknik membuat kriya logam ada dua, yaitu teknik a cire perdue & teknik bivalve.

    Teknik a cire perdue / cetakan lilin, caranya ialah membuat bentuk benda yang dikehendaki dengan lilin. Setelah membuat model dari lilin, model tersebut ditutup dengan menggunakan tanah, kemudian dibuat lubang dari atas & bawah. Setelah itu, cetakan dibakar sehingga lilin yang terbungkus dengan tanah akan mencair, & keluar melalui lubang bagian bawah. Untuk selanjutnya melalui lubang bagian atas dimasukkan cairan perunggu. Apabila sudah dingin, cetakan tersebut dipecah sehingga keluarlah benda yang diinginkan.

    Teknik bivalve / setangkap, caranya yaitu menggunakan cetakan yang ditangkupkan & dapat dibuka sehingga setelah dingin cetakan tersebut dapat dibuka, maka keluarlah benda yang dikehendaki. Cetakan tersebut terbuat dari batu / kayu.

kriya logam

e. Kriya kulit

Kriya kulit ialah jenis karya seni yang bahan bakunya menggunakan kulit. Kulit yang digunakan ialah kulit kerbau, sapi, kambing, buaya, & ular. Kulit tersebut sebelum dipakai terlebih dahulu mengalami proses pengolahan yang panjang yaitu mulai dari pemisahan dari daging satwa, pencucian dengan cairan tertentu, pembersihan, perendaman dengan zat kimia tertentu (penyamakan), pewarnaan dengan warna yang diinginkan, perentangan supaya tidak mengkerut, pengeringan, & penghalusan. Setelah itu, kulit baru dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang ditentukan.
Hasil kriya kulit berupa tas, sepatu, wayan kulit, ikat pinggang, pakaian (jaket), dompet, tempat HP, & alat musik rebana. Daerah penghasil kriya kulit antara lain Garut, Yogyakarta, & Bali.
kriya kulit

f. Kriya batu

Batu yang memiliki tekstur keras & cenderung kaku untuk dibentuk ternyata dapat diolah menjadi seni kerajinan yang indah. Salah satunya berasal dari daerah Sukaraja, Sukabumi. Di daerah ini dapat dijumpai berbagai material batu yang telah diolah menjadi hiasan & dekorasi rumah. Ada batu akik, jesper, fosil, & batu-batu permata lainnya yang dibentuk menjadi hiasan dengan motif flora & fauna.


Se&gkan jenis-jenis seni kriya berdasarkan teknik pembuatannya bisa kita bagi sebagai berikut :

1. Kriya Pahat / Kriya Ukir

Jenis, bentuk, bahan, & teknik dalam seni pahat sangat beragam, dari jenis ukir, patung, & aneka kerajinan lainnya. Seni pahat selain menggunakan bahan kayu, juga menggunakan batu, aneka logam, emas, serta tulang & kulit hewan. Bali merupakan daerah yang banyak menghasilkan seni pahat berupa ukiran, patung, hingga barang-barang kerajinan. Patung arca dengan bahan batu andesit juga dibuat di Bali. Bentuknya menyerupai benda-benda purbakala.
Salah satu hasil dari seni pahat yang unik ialah wayang kulit & wayang beber yang terbuat dari kulit binatang, serta wayang golek yang terbuat dari kayu. Kerajinan wayang kulit & wayang beber terdapat di daerah Yogyakarta, Surakarta, & Sragen. Se&gkan wayang golek banyak diproduksi di Jawa Barat.

Di Jepara (Jawa Tengah) tersohor dengan seni ukir khas Jawa. Daerah lain di Jawa penghasil seni pahat dalam bentuk topeng, patung, ukiran, & lain-lain ialah Kudus, Bojonegoro, & Cirebon. Seni patung Suku Asmat & Kamoro di Papua terkenal dengan kekhasannya, dengan bentuk & ukuran yang beragam.

Di Palembang, karya ukir kayu juga diwujudkan pada perabot rumah tangga dengan ciri khas menggunakan warna emas & cokelat tua. Di Sumatra Utara, seni pahat masyarakat Batak selain berupa ukiran hias pada bangunan rumah adat, juga terdapat pada benda-benda yang berfungsi sebagai perlengkapan ritual.

kriya ukir

2. Kriya batik

Proses pembuatan kain batik dapat dilakukan dengan teknik tulis, teknik cap, & teknik lukis. Teknik batik tulis merupakan teknik yang paling banyak diterapkan di Indonesia. Selain di Jawa, batik juga terdapat di Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, & Bali. Corak kain batik setiap daerah beraneka ragam. Corak batik Jawa umumnya bergaya naturalis dengan sentuhan warna-warna yang beragam. Corak batik pesisir umumnya menunjukkan a&ya pengaruh asing. Pekalongan merupakan penghasil batik yang terkenal & termasuk dalam golongan batik pesisir. Daerah batik bercorak pesisir yang lain ialah Madura, Tuban, & Cirebon. Batik daerah ini didominasi perpaduan warna yang kontras, seperti merah, kuning, cokelat, & putih. Se&gkan Batik Solo, Yogyakarta, & sekitarnya umumnya menggunakan warna-warna redup, seperti cokelat, biru, hitam, & hijau.

3. Kriya tenun

Indonesia ialah salah satu negara penghasil tenun terbesar terutama dalam hal keragaman corak hiasannya. Ada dua jenis tenun, yaitu tenun ikat & tenun songket. Yang membedakan keduanya ialah pada teknik pembuatan & bahan yang digunakan. Pada songket ada tambahan benang emas, perak, / benang sutra. Daerah yang terkenal sebagai penghasil tenun ikat, antara lain Aceh, Sumatra Utara, Sulawesi, Bali, Sulawesi Tengah, Toraja (Sulawesi Selatan), Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, NTT, Flores, & Maluku. Se&gkan penghasil songket yang terkenal, antara lain Aceh, Sumatra Barat, Riau, Palembang, Sumatra Utara, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Lombok, Nusa Tenggara, & Maluku. Kriya tenun kebanyakan dipakai untuk selen&g, sarung, kebaya, & ikat kepala seperti pada pakaian adat. Bahan yang dipakai untuk membuat kain tenun ditentukan oleh ketersediaan alam daerah setempat. Di Sumbawa (NTT) semua produk kain tenun dibuat dari benang kapas. Kain songket berbahan benang sutra dapat dijumpai di Aceh, Sumatra Barat, Palembang, & Bali, se&gkan yang berbahan dasar benang katun dapat dijumpai di Flores.

4. Kriya anyaman

Kriya anyaman di Indonesia sangat beragam, baik jenis, bahan, maupun bentuknya. Bahan untuk membuat anyaman kebanyakan dari kulit bambu, batang rotan, & daun pan&. Bahan-bahan alam lainnya ialah pelepah pisang, enceng gondok, & serat kayu.

Teknik pembentukan anyaman ialah dengan memanfaatkan jalur lungsi (vertikal), jalur pakan (horizontal), & jalur gulungan diagonal). Pembentukan pola motif anyaman diperoleh dengan cara memanfaatkan perbedaan warna.

Kriya anyaman yang tersebar diNusantara terdiri atas bentuk-bentuk tradisional yang masih bertahan, pengembangan dari bentuk-bentuk tradisional, hingga bentuk-bentuk desain baru. Tasikmalaya (Jawa Barat) ialah salah satu pusat kerajinan anyaman dari berbagai bahan & bentuk. Di Halmahera (Maluku) rotan diproduksi menjadi tas punggung. Di Papua, anyaman dapat ditemukan pada produksi gelang khas masyarakat Papua yang terbuat dari serat kayu & batang anggrek hutan.

5. Kriya Bordir

Bordir merupakan kerajinan rakyat yang memerlukan ketekunan & ketelatenan dalam pengerjaannya. Kerajinan ini telah tumbuh di beberapa daerah dengan motif & rancangan khas daerah masing-masing. Awalnya kerajinan ini berkembang untuk memenuhi kebutuhan pakaian kebaya wanita yang merupakan pakaian nasional Indonesia, tetapi a&ya perkembangan & penggunaan yang semakin meluas kerajinan ini menjadi bagian dari ciri khas motif pakaian untuk sholat seperti mukena dll .


Demikianlah informasi lengkap mengenai Seni Kriya : Pengertian Fungsi Serta Jenisnya . Kunjungi informasi menarik lainya seperti Mengenai Ragam Karya Seni Rupa Nusantara . Terimakasih

Mengenai Ragam Karya Seni Rupa Nusantara

Karya Seni Rupa Nusantara - Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam budaya serta berbagai macam hasil seni yang memiliki nilai yang luar biasa. Sehingga dapat dipahami setiap kita berkunjung ke suatu wilayah , kita akan menemukan keunikan seni daerah tersebut . Pada kesempatan kali ini akan kita bahas mengenai Ragam Karya Seni Rupa Nusantara .





1. Kerajinan batik

Sejarah batik di Nusantara berkaitan dengan perkembangan Kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Kain batik dibuat dengan cara melukis dengan menggunakan canting dan kuas di atas kain dengan bahan lilin yang dipanaskan. Hasil proses membatik tersebut dinamakan batik tulis.

2. Kerajinan ukir

Kerajinan ukir di Nusantara, antara lain berupa seni ukir kayu dan seni ukir logam. Daerah-daerah penghasil kerajinan ukir kayu di Nusantara, di antaranya adalah Jepara, Cirebon, Bali, Kalimantan, Papua, Madura, dan Sumatra. Kerajinan ukir logam terbuat dari perak, tembaga, emas, dan kuningan. Proses pembuatan kerajinan logam banyak menggunakan teknik cetak atau cor, tempa, toreh, dan penyepuhan. Daerah penghasil kerajinan logam di Nusantara, antara lain Jawa Tengah dan Yogyakarta.

3. Kerajinan anyaman

Anyaman banyak kita jumpai, baik berupa benda pakai maupun benda hias. Anyaman dibuat dari bahan alami dan bahan sintetis. Bahan-bahan alami yang digunakan, antara lain bambu, rotan, daun mendong, dan janur. Bahan-bahan sintetis yang digunakan, antara lain plastik, pita, dan kertas. Daerah penghasil kerajinan anyaman, antara lain Bali, Kudus, Kedu, Tasikmalaya, dan Tangerang

4. Kerajinan topeng

Topeng merupakan hasil karya seni kerajinan yang bisa digunakan untuk keperluan perlengkapan tari dan hiasan. Kerajinan topeng umumnya dibuat dari bahan kayu. Daerah penghasil kerajinan topeng di Nusantara, antara lain Yogyakarta, Cirebon, Bali, Surakarta, dan Bandung. Setiap daerah memiliki ciri khas topeng yang berbeda.

5. Kerajinan tenun

Tenun merupakan hasil kerajinan tradisional yang dibuat dengan teknik dan alat khusus. Kerajinan tenun banyak terdapat di Kalimantan, Minangkabau, Sumatra Utara, NTT, NTB, Lampung, Flores, Sulawesi, dan Palembang. Motif yang dibuat pun berlainan di setiap daerah. Berbagai motif tenun dari Palembang, antara lain mawar Jepang, cantik manis, bintang berantai, nago besaung, dan bunga cino. Ada dua jenis tenun, yaitu tenun ikat dan tenun songket. Keduanya berbeda dalam teknik dan bahan yang digunakan. Berbeda dengan tenun ikat, pada songket mendapat tambahan benang emas yang diletakkan dengan teknik tusuk dan cukit.

6. Kerajinan wayang

Wayang merupakan budaya asli Nusantara, yang ceritanya berasal dari budaya Hindu India. Wayang dibuat untuk seni pertunjukan sekaligus sebagai hiasan. Jenis wayang terdiri atas wayang kulit yang terbuat dari kulit kerbau dan wayang golek yang terbuat dari kayu. Daerah penghasil kerajinan wayang, di antaranya Bali, Yogyakarta, dan Surakarta.

7. Kerajinan keramik

Keramik merupakan hasil karya seni kerajinan yang berbahan dasar dari tanah. Hasil kerajinan keramik sangat beragam, seperti vas bunga, guci, mangkuk, cangkir, dan lain-lain. Daerah penghasil kerajinan keramik yang terkenal di Nusantara, di antaranya Kasongan (Yogyakarta), Sompok, dan Mayong (Jepara).

Fungsi Karya Senirupa Terapan Nusantara

Secara umum Fungsi Karya seni rupa terapan yang ada di Nusantara memiliki dua fungsi sebagai berikut.

    Pemenuhan kebutuhan yang bersifat praktis (kegunaan), yaitu karya yang fungsi pokoknya sebagai benda pakai, selain juga memiliki nilai hias. Misalnya, perabotan rumah tangga, seperti meja dan kursi, lemari, dan tekstil.
    Pemenuhan kebutuhan yang bersifat estetis (keindahan), yaitu fungsi yang semata-mata sebagai benda hias. Misalnya, karya batik atau tenun yang dibuat khusus untuk hiasan dinding dan benda-banda kerajinan untuk penghias ruangan, seperti topeng, patung, dan vas bunga.

Bentuk Karya Senirupa Terapan Nusantara

Jika dilihat dari segi bentuknya maka senirupa terapan yang ada di nusantara secara garis besar terbagi empat, yaitu sebagai berikut :

1. Rumah adat

Rumah adat di Indonesia mempunyai bentuk yang sangat beragam. Jika melihat bangunan rumah adat di Indonesia secara keseluruhan maka kita akan dapat membedakan bangunan rumah adat tersebut berdasarkan atapnya, ragam hiasnya, bentuk, dan bahan bakunya. Misalnya, rumah Gadang di Padang bentuknya memanjang ke samping dan rumah adat Minahasa bentuknya memanjang ke belakang. Rumah beratap joglo di Jawa, rumah beratap bubungan tinggi di Jambi, rumah beratap gonjong di Minangkabau, dan rumah beratap limas terpenggal di Papua. Bentuk rumah dengan tiang yang berkolong, atau yang biasa disebut rumah panggung terdapat di Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi.

Rumah Adat

2. Senjata tradisional
Berbeda dengan masa lalu, beragam senjata tradisional saat ini lebih sering digunakan sebagai peralatan untuk bekerja. Selain itu juga digunakan sebagai perlengkapan acara ritual, perlengkapan pakaian adat, pertunjukkan seni tradisional, dan sebagai benda hias.


3. Transportasi tradisional
Alat transportasi yang masih mempertahankan bentuk dan ciri khas tradisionalnya masih dapat dijumpai di wilayah Nusantara. Misalnya, perahu, kereta kuda, pedati, dan becak.


4. Seni kriya

Bentuk karya seni kriya Nusantara amat beragam. Beragam pula bahan alam yang digunakan. Dari sejumlah seni kriya Nusantara, ada yang tetap mempertahankan ragam hias tradisional dan ada pula yang telah dikembangkan sesuai dengan tuntutan pasar. Seni kriya dapat dikelompokkan menjadi seni kriya pahat, seni kriya tekstil, seni kriya anyaman, dan seni kriya keramik.


Sebagai catatan bahwa terkadang ada yang mempersamakan antara Seni Kriya dengan Senirupa Terapan padahal Seni Kriya adalah bagian dari Karya Seni Rupa Terapan.


Demikian lah ulasan mengenai Mengenai Ragam Karya Seni Rupa Nusantara . Baca juga informasi menarik lainya seperti Seni Rupa Terapan : Pengertian Sejarah Fungsi dan Contoh . Terimakasih

Seni Rupa Terapan : Pengertian Sejarah Fungsi dan Contoh

Seni Rupa Terapan : Pengertian Sejarah Fungsi dan Contoh - Seni Rupa Terapan  Secara bahasa, pengertian seni rupa terapan adalah suatu seni yang menghasilkan karya yang selain memiliki nilai estetika (keindahan), juga memiliki nilai praktis sehingga dapat digunakan dalam menunjang aktivitas kehidupan sehari-hari. Berdasarkan penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa seni rupa terapan bukan hanya mengutamakan sisi keindahannya saja, melainkan juga kegunaan dari karya yang dihasilkannya. Karya seni rupa terapan kadang kali disebut karya seni yang aplikatif. Artinya, karya tersebut dapat diterapkan atau diaplikasikan ke dalam bentuk-bentuk fungsional dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. Adapun beberapa wujud dari karya seni rupa terapan ini sebetulnya sudah sangat sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya antara lain perhiasan, perlengkapan makan, ibadah, pakaian, dan lain sebagainya.

Seni Rupa Terapan : Pengertian Sejarah Fungsi dan Contoh


Sejarah Seni Rupa Terapan

Sejarah Seni Rupa Terapan jika Dirunut ke masa lalu, seni rupa terapan sebetulnya sudah akrab dengan zaman nenek moyang bangsa Indonesia di masa silam. Sejarah membuktikan, pada zaman prasejarah orang-orang di masa lalu telah menggunakan berbagai pernik perlengkapan yang bernilai seni tinggi dalam kehidupannya sehari-hari. Beberapa di antaranya antara lain kapak batu, tulang untuk berburu, dolmen, nekara, moko, bejana dan lain sebagainya. Seiring laju perputaran roda waktu, seni rupa terapan secara turun temurun diwariskan ke masyarakat kita di masa sekarang. Dalam berbagai aspek kesenian seperti seni dekorasi, seni arsitektur, seni ilustrasi, dan seni grafis, seni terapan telah melebur menjadi satu.


Macam - Macam Seni Rupa Terapan 

Karya seni rupa terapan dibagi menjadi beberapa macam dan semuanya mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia. Langsung saja kita lihat macam-macam seni rupa terapan nusantara yang ada di sekitar kita berikut ini:

1. Seni Rupa Arsistektur

Seni rupa bangunan atau arsitektur adalah salah satu macam seni rupa terapan yang berbentuk bangunan. Contohnya seperti tempat tinggal, kantor, tempat ibadah dan bangunan lainnya.

2. Seni Rupa Ilustrasi

Seni rupa ilustrasi adalah karya seni berbentuk gambar atau foto. Manfaatnya untuk menjelaskan suatu naskah. Seni rupa ilustrasi ini sering dipakai dalam buku pelajaran di sekolah dasar.

Dengan adanya foto atau gambar ilustrasi, akan memudahkan pembaca memahami isi dari sebuah cerita atau artikel.

3. Seni Rupa Kriya

Seni rupa kriya yang sering disebut juga ketrampilan tangan, mempunyai kegunaan untuk mengolah bahan baku yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar kita. Biasanya bahan baku tersebut diolah menjadi benda yang mempunyai nilai estetis dan bernilai pakai.

4. Seni Rupa Grafis

Seni rupa grafis termasuk kedalam seni rupa yang proses pembuatannya menggunakan teknik cetak, biasanya memakai kertas. seni ruap terapan ini mempunyai kegunaan sebagai alat komunikasi.

5. Seni Rupa Dekorasi

Dan macam seni rupa terapan yang terakhir adalah dekorasi. Seni rupa dekorasi memiliki fungsi untuk menghias sebuah ruangan menjadi lebih indah.

Karya seni dekorasi ini biasanya kita temui ketika sedang ada acara pernikahan, pertunjukan, pameran dan acara lainnya.

Seni Rupa Terapan : Pengertian Sejarah Fungsi dan Contoh


Jenis Seni Rupa Terapan

Untuk lebih memudahkan dalam memahami karya seni rupa terapan, kita dapat membagi menjadi beberapa kategori seperti kategori karya seni rupa terapan berdasarkan fungsi, wujud dan bentuknya.

1. Seni Rupa Terapan Berdasarkan Fungsi

Karya seni rupa terapan mempunyai kegunaannya masing-masing. Bila dikategorikan menurut fungsinya, seni rupa terapan mempunyai dua fungsi sebagai berikut:

Seni Rupa Terapan Fungsi Praktis (Kegunaan)

Karya seni rupa terapan yang memiliki fungsi seperti benda yang kita pakai untuk menunjang kehidupan kita sehari-hari.
Contohnya seperti meja, kursi, lemari, perabotan rumah tangga dan benda yang kita pakai lainnya.

Seni Rupa Terapan Fungsi Estetis (Keindahan)

Karya seni rupa terapan juga memiliki fungsi untuk hiasan karena memiliki nilai estetis.
Contohnya seperti benda kerajinan, hiasan dinding, batik dan karya yang dipakai sebagai hiasan lainnya.

2. Seni Rupa Terapan Berdasarkan Wujud

Karya seni rupa terapan bisa digolongkan menjadi dua jenis berdasarkan wujud fisiknya.

Karya Seni Rupa Terapan 2 Dimensi (Dwimatra)
  • Karya seni rupa terapan 2 dimensi merupakan sebuah seni rupa terapan yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Karya seni 2 dimensi hanya bisa dilihat dari satu arah saja.
  • Contoh karya seni terapan 2 dimensi yaitu wayang kulit, tenun, batik dan karya seni dua dimensi lainnya.

Karya Seni Rupa Terapan 3 Dimensi (Trimatra)

  • Karya seni rupa terapan 3 dimensi merupakan sebuah seni rupa terapan yang mempunyai ruang. Karya seni 3 dimensi bisa dilihat dari berbagai arah.
  • Contoh karya seni terapan 3 dimensi yaitu rumah adat, senjata tradisional dan karya 3 dimensi lainnya.


3. Seni Rupa Terapan Berdasarkan Bentuk

Karya seni rupa terapan yang dibagi berdasarkan bentuknya, di Indonesia sendiri mempunyai banyak ragam.

Bila dibagi berdasarkan bentuknya, karya seni rupa terapan bisa didibedakan menjadi empat kategori, yaitu rumah adat, senjata tradisional, seni kriya dan transportasi tradisional.

Contoh Karya Seni Rupa Terapan 


Seni rupa terapan nusantara adalah seni rupa terapan yang lahir dari kebudayaan masyarakat nusantara dari masa ke masa. Menyadari bahwa luas negara kita yang begitu besar, maka seni rupa terapan yang dimiki oleh banga ini pun menjadi sangat beragam jenis dan macamnya. Namun, secara umum semuanya terangkum dalam 5 contoh berikut ini. 

1. Rumah Adat 

Contoh seni rupa terapan nusantara yang pertama adalah rumah adat. Rumah adat ialah rumah yang arsitekturnya dimiliki dan lahir dari kebudayaan masyarakat adat atau suku-suku yang tersebar di nusantara. Sedikitnya, Indonesia memiliki 35 rumah adat dari masing-masing provinsi yang dimilikinya. Misalnya rumah adat Krong Bade yang berasal dari Aceh, rumah adat Limas dari Sumatera Selatan, rumah Joglo dari DI Jogjakarta, rumah Lamin dari Kalimantan Timur, dan lain sebagainya. Untuk mengetahui daftar rumah adat di Indonesia, Anda dapat berkunjung ke artikel ini. 

2. Alat Transportasi Tradisional 

Alat transportasi tradisional juga merupakan salah satu contoh karya seni rupa terapan nusantara. Selain memiliki nilai estetis, alat transportasi tradisional seperti becak, perahu, delman, dan pedati juga memiliki nilai praktis sebagai sarana mobilitas masyarakat. Perkembangan alat transportasi tradisional secara perlahan telah mengalami pergeseran. Penggunaannya kini terbatas sebagai sarana wisata di tengah semakin maju dan beragamnya moda transportasi modern. 


3. Senjata Tradisional 

Senjata tradisional yang pada masa silam berfungsi sebagai sarana untuk berburu, berperang, bekerja, dan sebagai benda pusaka, juga dianggap sebagai salah satu contoh seni rupa terapan nusantara karena keunikan dan nilai estetis yang milikinya. Beberapa senjata tradisional tersebut antara lain celurit dari Madura, keris dan Jawa Tengah, mandau dari Kalimantan, kujang dari Jawa Barat, dan lain sebagainya. 

4. Pakaian Adat Suku-suku di Indonesia 

memiliki ciri khas pakaian adatnya masing-masing. Pakaian adat ini sebetulnya juga merupakan contoh seni rupa terapan nusantara mengingat bahwa mereka selain memiliki nilai praktis sebagai pemenuhan kebutuhan sandang, juga memiliki nilai estetis dari keindahan yang dimilikinya. Fungsi seni rupa terapan dari pakaian adat dapat dirasakan bagi para penggunanya. Tenun adalah salah satu teknik pembuatan kain yang merupakan warisan dari nenek moyang Bangsa Indonesia di masa silam. Ada beragam teknik tenun yang bisa digunakan, antara lain tentun sulam, tenun tapis, tenun mesin dan lain sebagainya. Batik adalah kain yang dihias sedemikian rupa menggunakan gambar-gambar tertentu  melalui proses printing atau canting. Batik ada beragam jenisnya, yang paling terkenal misalnya batik pekalongan dan batik solo. 

5. Seni Kriya 


Beberapa karya dari seni kriya juga merupakan contoh dari seni rupa terapan nusantara. Seni kriya sendiri adalah seni kerajinan tangan yang menghasilkan barang jadi siap pakai. Bebapa diantaranya antara lain anyaman bambu yang digunakan sebagai dinding rumah, gerabah sebagai perabotan rumah tangga, sepatu dari seni kriya kulit, dan lain sebagainya.

Demikianlah uraian lengkap mengenai Seni Rupa Terapan : Pengertian Sejarah Fungsi dan Contoh . Kunjungi informasi menarik lainya seperti Teater : Definisi Sejarah Serta Tahapan Dasar . Terimakasih

Teater : Definisi Sejarah Serta Tahapan Dasar

 Teater : Definisi Sejarah Serta Tahapan Dasar - Seni Teater berasal dari kata Yunani, “theatron” (bahasa Inggris, Seeing Place) yang artinya tempat atau gedung pertunjukan. Dalam perkembangannya, dalam pengertian lebih luas kata teater diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukkan di depan orang banyak. 

Dengan demikian, dalam rumusan sederhana teater adalah pertunjukan, misalnya ketoprak, ludruk, wayang, wayang wong, sintren, janger, mamanda, dagelan, sulap, akrobat, dan lain sebagainya. Teater dapat dikatakan sebagai manifestasi dari aktivitas naluriah, seperti misalnya, anak-anak bermain sebagai ayah dan ibu, bermain perang-perangan, dan lain sebagainya. 

Selain itu, teater merupakan manifestasi pembentukan strata sosial kemanusiaan yang berhubungan dengan masalah ritual. Misalnya, upacara adat maupun upacara kenegaraan, keduanya memiliki unsur-unsur teatrikal dan bermakna filosofis. Berdasarkan paparan di atas, kemungkinan perluasan definisi teater itu bisa terjadi. Tetapi batasan tentang teater dapat dilihat dari sudut pandang sebagai berikut: “tidak ada teater tanpa aktor, baik berwujud riil manusia maupun boneka, terungkap di layar maupun pertunjukan langsung yang dihadiri penonton, serta laku di dalamnya merupakan realitas fiktif”, (Harymawan, 1993). Dengan demikian teater adalah pertunjukan lakon yang dimainkan di atas pentas dan disaksikan oleh penonton.

Namun, teater selalu dikaitkan dengan kata drama yang berasal dari kata Yunani Kuno “draomai” yang berarti bertindak atau berbuat dan “drame” yang berasal dari kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat berarti lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika. Kata “drama” juga dianggap telah ada sejak era Mesir Kuno (4000-1580 SM), sebelum era Yunani Kuno (800-277 SM). Hubungan kata “teater” dan “drama” bersandingan sedemikian erat seiring dengan perlakuan terhadap teater yang mempergunakan drama lebih identik sebagai teks atau naskah atau lakon atau karya sastra (Bakdi Soemanto, 2001).

Teater : Definisi Sejarah Serta Tahapan Dasar


Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa istilah “teater” berkaitan langsung dengan pertunjukan, sedangkan “drama” berkaitan dengan lakon atau naskah cerita yang akan dipentaskan. Jadi, teater adalah visualisasi dari drama atau drama yang dipentaskan di atas panggung dan disaksikan oleh penonton. Jika “drama” adalah lakon dan “teater” adalah pertunjukan maka “drama” merupakan bagian atau salah satu unsur dari “teater”. Jika digambarkan maka peta kedudukan teater dan drama adalah sebagai berikut. Dengan kata lain, secara khusus teater mengacu kepada aktivitas melakukan kegiatan dalam seni pertunjukan (to act) sehingga tindak- tanduk pemain di atas pentas disebut acting. Istilah acting diambil dari kata Yunani “dran” yang berarti, berbuat, berlaku, atau beraksi. Karena aktivitas beraksi ini maka para pemain pria dalam teater disebut actor dan pemain wanita disebut actress (Harymawan, 1993). Meskipun istilah teater sekarang lebih umum digunakan tetapi sebelum itu istilah drama lebih populer sehingga pertunjukan teater di atas panggung disebut sebagai pentas drama. Hal ini menandakan digunakannya naskah lakon yang biasa disebut sebagai karya sastradrama dalam pertujukan teater. 

Di Indonesia, pada tahun 1920-an, belum muncul istilah teater. Yang ada adalah sandiwara atau tonil (dari bahasa Belanda: Het Toneel). Istilah Sandiwara konon dikemukakan oleh Sri Paduka Mangkunegoro VII dari Surakarta. Kata sandiwara berasal dari bahasa Jawa “sandi” berarti “rahasia”, dan “wara” atau “warah” yang berarti, “pengajaran”. Menurut Ki Hajar Dewantara “sandiwara” berarti “pengajaran yang dilakukan dengan perlambang” (Harymawan, 1993).

Rombongan teater pada masa itu menggunakan nama Sandiwara, sedangkan cerita yang disajikan dinamakan drama. Sampai pada Zaman Jepang dan permulaan Zaman Kemerdekaan, istilah sandiwara masih sangat populer. Istilah teater bagi masyarakat Indonesia baru dikenal setelah Zaman Kemerdekaan (Kasim Achmad, 2006).

Keterikatan antara teater dan drama sangat kuat. Teater tidak mungkin dipentaskan tanpa lakon (drama). Oleh karena itu pula dramaturgi menjadi bagian penting dari seni teater. Dramaturgi berasal dari bahasa Inggris dramaturgy yang berarti seni atau tekhnik penulisan drama dan penyajiannya dalam bentuk teater. Berdasar pengertian ini, maka dramaturgi membahas proses penciptaan teater mulai dari penulisan naskah hingga pementasannya. Harymawan (1993) menyebutkan tahapan dasar untuk mempelajari dramaturgi yang disebut dengan formula dramaturgi. Formula ini disebut dengan fromula 4 M yang terdiri dari, menghayalkan, menuliskan, memainkan, dan menyaksikan.


  • M1 atau menghayal, dapat dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang karena menemukan sesuatu gagasan yang merangsang daya cipta. Gagasan itu timbul karena perhatian ditujukan pada suatu persitiwa baik yang disaksikan, didengar maupun dibaca dari literatur tertentu. Bisa juga gagasan itu timbul karena perhatian ditujukan pada kehidupan seseorang. Gagasan atau daya cipta tersebut kemudian diwujudkan ke dalam besaran cerita yang pada akhirnya berkembang menjadi sebuah lakon untuk dipentaskan.

  • M2 atau menulis, adalah proses seleksi atau pemilihan situasi yang harus dihidupkan begi keseluruhan lakon oleh pengarang. Dalam sebuah lakon, situasi merupakan kunci aksi. Setelah menemukan kunci aksi ini, pengarang mulai mengatur dan menyusun kembali situasi dan peristiwa menjadi pola lakon tertentu. Di sini seorang pengarang memiliki kisah untuk diceritakan, kesan untuk digambarkan, suasana hati para tokoh untuk diciptakan, dan semua unsur pembentuk lakon untuk dikomunikasikan.

  • M3 atau memainkan, merupakan proses para aktor memainkan kisah lakon di atas pentas. Tugas aktor dalam hal ini adalah mengkomunikasikan ide serta gagasan pengarang secara hidup kepada penonton. Proses ini melibatkan banyak orang yaitu, sutradara sebagai penafsir pertama ide dan gagasan pengarang, aktor sebagai komunitakor, penata artsitik sebagai orang yang mewujudkan ide dan gagasan secara visual serta penonton sebagai komunikan.

  • M4 atau menyaksikan, merupakan proses penerimaan dan penyerapan informasi atau pesan yang disajikan oleh para pemain di atas pentas oleh para penonton. Pementasan teater dapat dikatakan berhasil jika pesan yang hendak disampaikan dapat diterima dengan baik oleh penonton. Penonton pergi menyaksikan pertunjukan dengan maksud pertama untuk memperoleh kepuasan atas kebutuhan dan keinginannyaterhadap tontonan tersebut.

  • Formula dramaturgi seperti disebutkan di atas merupakan tahap mendasar yang harus dipahami dan dilakukan oleh para pelaku teater. Jika salah satu tahap dan unsur yang ada dalam setiap tahapan diabaikan, maka pertunjukan yang digelar bisa dipastikan kurang sempurna. Oleh karena itu, pemahaman dasar formula dramaturgi dapat dijadikan acuan proses penciptaan karya seni teater. 
Demikianlah informasi lengkap mengenai Teater : Definisi Sejarah Serta Tahapan Dasar . Kunjungi informasi menarik lainya seperti Mengenal Macam Teknik Olah tubuh, Olah Suara, Olah Rasa Dalam Berteater . Terimkasih

Mengenal Macam Teknik Olah tubuh, Olah Suara, Olah Rasa Dalam Berteater

Mengenal Macam Teknik Olah tubuh, Olah Suara, Olah Rasa Dalam Berteater - Seni Peran adalah salah satu cabang ilmu seni yang khususnya mempelajari teknik menciptakan dan memainkan peran (Berakting) sebagai tokoh tertentu baik di atas pentas (Panggung) maupun dalam sebuah fillm, Pelaku seni Peran di sebut Aktor. Berikut informasi selengkapnya menegnai Mengenal Macam Teknik Olah tubuh, Olah Suara, Olah Rasa Dalam Berteater

Mengenal Macam Teknik Olah tubuh, Olah Suara, Olah Rasa Dalam Berteater


Terdapat Beberapa langkah – langkah yang harus  diperhatikan dalam Berteater atau pada Seni Peran. Yaitu :

1.    Melatih kelenturan otot – otot anggota tubuh
2.    Melatih pernapasan.
3.    Melatih penciptaan.
4.    Melatih pemahaman.
5.    Menambah pengetahuan Dalam Berakting
6.    Mempersiapkan diri menuju Pentas.

1.    Melatih kelenturan otot – otot anggota tubuh.

    a.    Leher mata (Ekspresi) mulut.
    b.    Tangan (Jari – jari pergelangan, lengan dan Bahu)
    c.    Kaki (Pergelangan lutut, tungakai, Langkah)

2.    Melatih Pernapasan.

    a.    Bernafas Dengan Benar dan terkontrol adalah pemupukan energy kreatif.
    b.    Membaca (Kejelasan kata, suku kata, dan Huruf mati)

3.    Melatih Penciptaan.

    a.    Mengeja Huruf hudup A-I-U-E-O
    b.    Melatih suara yaitu dilakukan untuk melatih alat ucap (eja,baca,paham,Arah,rasa dan cipta)
    c.    Mengasah daya penyampaian (Artikulasi)
    d.    Memahami pengertian Suratan dan Siratan.
    e.    Melatih Pemahaman.

Mengenal Macam Teknik Olah tubuh, Olah Suara, Olah Rasa Dalam Berteater


4.    Melatih pemahaman.

    a.    Mengetahui, mempelajari dan memahami Sejarah teater dan sejarah budaya (dunia dan   indonesia)
    b.    Menyerap pengetahuan umum.
    c.    Mengasah Kemampuan Menganalisis, (Menyimpulkan)

5.    Mempersiapkan diri Menuju pentas.



    a.    Konsentrasi dan focus
    b.    Observasi dan Penyerapan (Lingkungan, suasana, waktu)
    c.    Imajinasi (Lingkungan, benda, suasana waktu, pristiwa Kenangan)
    d.    Penghayatan (Pemahaman, berkisah dengan cara Bercanda)
    e.    Pembangunan Karakter Peran (Analisis, Pengadeganan, Jalinan Latar Belakang Motivasi) 

Demikianlah informasi lengkap menegnai Macam Teknik Olah tubuh, Olah Suara, Olah Rasa Dalam Berteater . Kunjungi juga informasi menarik lainya seperti Daftar Tarian Seluruh Indonesia, Tarian Daerah Seluruh Indonesia . Terimaksih

Gamelan Banjar : Pengertian Sejarah Dan Fungsinya

 Gamelan Banjar : Pengertian Sejarah Dan Fungsinya -  Indonesia merupakan negara yang memliliki banyak sekali seni dan budaya. Baik dari keragaman bahasa maupun seni bermusik ang sanagt banyak ragamnya . Salah satuny adalah kesenian dari Pulau Kalimantan  Khususnya Kalimantan Selatan yang merupakan tempat aseli suku Banjar . 

Jika kita berbicara mengaenai alat musik yang berasal dari suku Banjar , kita tidak bisa melewatkan alat musik yang satu ini , yaitu Gamelan Banjar. Untu lebih jelasnya berikut penjlasan selengkapnya mengenai Gamelan Banjar : Pengertian Sejarah Dan Fungsinya .

Gamelan Banjar : Pengertian Sejarah Dan Fungsinya


 Sejarah Gamelan Banjar

Gamelan Banjar keberadaannya sudah ada sejak zaman Kerajaan Negara Dipa pada abad ke-14 yang dibawa oleh Pangeran Suryanta ke Kalimantan Selatan bersamaan dengan kesenian Wayang Kulit Banjar dan senjata keris sebagai hadiah Kerajaan Majapahit. Pada masa itu masyarakat Kalimantan Selatan dianjurkan untuk meniru budaya Jawa.

Pasca runtuhnya Kerajaan Negara Daha (1526), ada beberapa pemuka adat yang mengajarkan seni gamelan dan seni lainnya kepada masyarakat yaitu :

  • Datu Taruna sebagai penabuh gamelan
  • Datu Taya sebagai dalang wayang kulit
  • Datu Putih sebagai penari topeng


Masa Pangeran Hidayatulla, penabuh-penabuh gamelan disuruh belajar menabuh gamelan di keraton Solo. Hal tersebut yang menyebabkan adanya persamaan pada Gamelan Banjar dengan Gamelan Jawa baik dari segi instrumen maupun teknik permainannya.
                                            
Pengertian Gamelan Banjar

Gamelan Banjar merupakan perangkat gamelan yang berkembang di kalangan Suku Banjar di Kalimantan Selatan. Perangkat gamelan ini mempunyai suara yang khas, tidak menyerupai gamelan Jawa, Sunda, maupun Bali. Yang paling mendekati adalah Angklung Caruk Banyuwangi. Hastanto mengatakan bahwa sistem pelarasan nadanya adalah pentatonis yang mendekati slendro Bali (salonding). Akan tetapi dalam karawitan Bali, perangkat gamelan Salonding dikenal sebagai suatu perangkat gamelan yang memiliki pelarasan pelog tujuh nada dengan mempergunakan sistem saih (mempunyai kemiripan dengan sistem pathet). Mungkin akan lebih tepat jika Gamelan Banjar dikatakan mempunyai kemiripan mood atau suasana dengan gamelan Salonding.

gamelan banjar


Perangkat Gamelan Banjar

Dalam perkembangannya, terdapat dua versi Gamelan Banjar yaitu, versi keraton dan versi rakyatan.

1. Gamelan Banjar versi keraton, perangkat instrumennya :

  • Babun
  • gendang dua
  • rebab
  • gambang
  • selentem
  • ketuk
  • dawu
  • sarun 1
  • sarun 2
  • sarun 3
  • seruling
  • kanung
  • kangsi
  • gong besar
  • gong kecil

2.Sedangkan Gamelan Banjar versi rakyatan, perangkat instrumennya :

  • Babun
  • Dawu
  • Sarun
  • Sarantam
  • Kanung
  • Kangsi
  • gong besar
  • gong kecil

Berdasarkan pemaparan instrumen pada kedua versi Gamelan Banjar tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Gamelan Banjar versi keraton memiliki instrumen yang lebih banyak daripada Gamelan Banjar versi rakyatan. Ada delapan instrumen yang sama, dan pada versi keraton memiliki lima instrumen yang tidak dimiliki versi rakyatan yaitu pada instrumen gendang dua, rebab, gambang, ketuk, dan seruling.
gamelan banjar kalimantan selatan

Fungsi Gamelan Banjar

Dalam perkembangannya, Gamelan Banjar dapat berfungsi sebagai sebuah perangkat gamelan yang berdiri sendiri (instrumentalia seperti yang dikatakan Hastanto) dan dapat juga berfungsi sebagai perangkat gamelan untuk mengiringi jenis kesenian pertunjukan lainnya. Jenis kesenian yang diiringi dengan Gamelan Banjar diantaranya adalah seni tari, kuda gipang, topeng Banjar, dan wayang Banjar baik itu wayang kulit maupun wayang gung (wayang orang).

Pementasan seni pertunjukan yang diiringi oleh Gamelan Banjar kerap dipergunakan pada acara-acara seremonial dan sakral. Hal tersebut biasanya dapat dilihat pada jenis sesajen yang dipergunakan. Selain itu, dapat juga bersifat profan yang dipertunjukan untuk hajatan pada perkawinan maupun sebagai sebuah tontonan hiburan.

Demikianlah informasi lengkap mengenai Gamelan Banjar : Pengertian Sejarah Dan Fungsinya . Kunjungi juga informasi menarik lainya seperti Pengertian Dan Filosofi Seni Budaya Indonesia . Terimakasih